Senin, 27 Juli 2009

Mengubah Limbah Sawit menjadi Tambang Emas


Indonesia adalah negara produsen kelapa sawit nomor satu di dunia, luas arealnya hingga 2009 mencapai lebih dari 7 juta ha, dengan produksi CPO sebesar 22 juta ton. Terhitung ada lebih dari 400 pabrik kelapa sawit (PKS) beroperasi di Indonesia dan akan terus ditambah seiring perluasan kebun kelapa sawit dan memenuhi kebutuahan CPO dunia. Kelapa sawit telah menjadi primadona non-migas yang diunggulkan dan diandalkan pemerintah saat ini dan tahun-tahun mendatang.

Masalah lain yang ditimbulkan pada industri kelapa sawit adalah limbah. Limbah terdiri dari limbah padat dan limbah cair, limbah padat berupa tandan kosong, serabut dan cangkang, sedangkan limbah cair berupa sludge oil. Prosentase tandan kosong adalah 23 persen dari tandan buah segar (TBS), sedangkan cangkang 6,5 persen dan serabut 13 persen. Apabila pabrik kelapa sawit berkapasitas 30 ton TBS/jam, maka akan dihasilkan limbah padat sejumlah tandan kosong 6,9 ton/jam atau 165,6 ton/hari, cangkang 1,95 ton/jam atau 46,8 ton/hari dan serabut 3,9 ton/jam atau 93,6 ton/hari.

Dari sebuah industri kelapa sawit kapasitas sedang saja sudah dihasilkan limbah padat sangat banyak, sehingga akan menjadi masalah serius bagi industri kelapa sawit apabila tidak bisa mengolahnya dengan baik. Saat ini kebun dan pabrik kelapa sawit menghasilkan limbah padat dan cair dalam jumlah besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. Serat dan sebagian cangkang sawit biasanya terpakai untuk bahan bakar boiler di pabrik, sedangkan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) biasanya hanya dimanfaatkan sebagai mulsa atau kompos untuk tanaman kelapa sawit. Pemanfaatan dengan cara tersebut hanya menghasilkan nilai tambah yang terendah di dalam rangkaian proses pemanfaatannya.



Paling tidak ada ada tiga faktor yang mendorong produksi arang saat ini, yakni satu situasi energi dunia yang masih sangat bergantung pada fossil fuel, kedua Terra Preta, yakni tanah berwarna gelap di Amazon karena tingginya kandungan karbon yang memiliki kesuburan tinggi dan dibuktikan oleh berbagai penelitian ilmiah sehingga dibuatlah komposisi tanah mendekati Terra Preta, dan terakhir produksi arang diberbagai negara berkembang yang masih menggunakan teknologi ala kadarnya dan kadang merusak kelestarian lingkungan.

Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi telah menghitung potensi energi dari biomassa yang besarnya mencapai 50.000 MW, namun yang sudah dimanfaatkan hanya sebesar 302 MW. Salah satu biomassa yang jumlahnya sangat besar dan belum banyak dimanfaatkan adalah limbah pabrik kelapa sawit (PKS) yang jumlahnya mencapai ribuan ton.Limbah pabrik kelapa sawit sangat melimpah. Saat ini diperkirakan jumlah limbah pabrik kelapa sawit (PKS) di Indonesia mencapai 28,7 juta ton limbah cair/tahun dan 15,2 juta ton limbah padat (TKKS)/tahun. Dari limbah tersebut dapat dihasilkan kurang lebih 90 juta m3 syngas. Jumlah ini setara dengan 187,5 milyar ton gas Elpiji. Jumlah syngas ini cukup untuk memenuhi kebutuhan gas satu milyar KK (kepala keluarga) selama satu tahun.Kemudian melalui Kep.Men. No. 1122 K/30/MEM/2002 tentang Distribusi Pembangkit Listrik Skala Kecil, Indonesia mulai mengembangkan energi terbarukan. Tahun 2005 Indonesia mendapatkan bantuan sebesar $ US 500.000 dollar dari ADB (Bank Pembangunan Asia) untuk mengembangkan energi terbarukan dari limbah cair kelapa sawit. Sebuah peluang besar dan menantang untuk mampu mengolah limbah sawit tersebut menjadi produk yang bernilai ekonomi.

Limbah tersebut perlu penanganan segera sehingga konsentrasi pencemaran lingkungan bisa dikurangi dan diatasi. Dengan teknologi pirolisis kontinyu limbah padat industri sawit tersebut akan diubah menjadi produk arang, arang aktif, biooil dan syngas. Arang memiliki harga pasaran internasional antara 200-400 US$/ton sedangkan arang aktif seharga 1000-7000 US$/ton tergantung gradenya. Tandan kosong dan serabut akan diproses menjadi arang sedangkan cangkang sawit akan diproses menjadi arang aktif. Dengan konversi bahan mentah menjadi produk dengan teknologi pirolisis kontinyu sekitar 30%, Anda bisa menghitung berapa besar keuntungan yang didapat. Bahan baku yang bernilai ekonomi rendah atau bahkan tidak berharga akan menjadi sumber income yang besar. Biooil dan syngas akan digunakan untuk intern proses dan mensuplai panas dan listrik di pabrik kelapa sawit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar